This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Monday 10 December 2012

Sejarah Sumpah Pemuda

Sejarah Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober itu tidak muncul dengan sendirinya. Bila dilihat dari sejarahnya, Sumpah Pemuda dimulai ketika sekelompok pemuda merasa perlu ada sebuah perekat dan pemersatu agar bangsa kita lebih kuat untuk merebut kemerdekaan Indonesia.

Kongres Pemuda Indonesia
Sumpah pemuda merupakan sumpah setia dari hasil rumusan kerapatan pemuda-pemudi Indonesia atau yang dikenal dengan Kongres Pemuda l dan Kongres Pemuda II. Nah, melalui kongres itulah kita bisa mengenal Sumpah Pemuda.
Kongres Pemuda I berlangsung di Jakarta, pada 30 April—2 Mei 1926. Di kongres itu, mereka membicarakan pentingnya persatuan bangsa bagi perjuangan menuju kemerdekaan. Kemudian, pada tanggal 27—28 Oktober 1928, para pemuda Indonesia kembali mengadakan Kongres Pemuda II. Dan, pada tanggal 28 Oktober 1928, seluruh peserta membacakan Sumpah Pemuda. Sejak saat itu, setiap tanggal 28 Oktober, kita memperingati Hari Sumpah Pemuda.

Rumusan Sumpah Pemuda
Rumusan itu ditulis Mohammad Yamin di sebuah kertas saat mendengarkan pidato dari Mr. Sunario pada hari terakhir kongres. Inti dari isi Sumpah Pemuda itu adalah Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Inilah yang selalu menjiwai pemuda-pemudi Indonesia dalam merebut dan mempertahankan serta mengisi kemerdekaan Indonesia.

Isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Sumpah Pemuda
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Tokoh yang terlibat
Banyak tokoh yang menjadi peserta dalam Kongres Pemuda I dan II. Mereka datang mewakili berbagai organisasi pemuda yang ada saat itu. Di antaranya ada yang menjadi pengurus, seperti Soegondo Djojopoespito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) sebagi ketua dan wakilnya, R.M. Djoko Marsaid (Jong Java).
Sementara Mohammad Yamin dari Jong Sumateranen Bond sebagai sekretaris dan bendaharanya Amin Sjarifuddin (Jong Bataks Bond). Mereka juga dibantu oleh Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond), R. Katja Soengkana (Pemuda Indonesia), Senduk (Jong Celebes), Johanes Leimena (Jong Ambon), dan Rochjani Soe’oed (Pemuda Kaum Betawi). Sumpah Pemuda dan kemerdekaan Kelahiran Sumpah Pemuda menjadi senjata yang ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, kesadaran para pemuda Indonesia saat itu pun semakin kuat karena mereka tidak berjuang sendiri. Jadi, Sumpah Pemuda adalah salah satu tonggak sejarah kemerdekaan Indonesia.

Hari Pahlawan

Memaknai Kembali Hari Pahlawan

Hari ini (10 november) seringkali dijadikan oleh masyarakat Indonesia untuk mengenang jasa-jasa para pejuang. Karena pada tanggal inilah para pejuang Indonesia mengorbankan segala harta dan jiwanya demi mengusir penjajah di bumi pertiwi Indonesia. Untuk menghormati perjuangan para pahlawan Negara tersebutlah tanggal 10 november disahkan sebagai “Hari Pahlawan”.
Merupakan hal yang lumrah jika kita sebagai warga Negara yang mencintai tanah airnya turut menghormati dengan cara menjaga dan mengenang segala hasil dari perjuangan mereka. Tapi, menjaga dan mengenang saja tentu tidaklah cukup bagi kita yang hidup pada masa yang serba merdeka.
Wujud kesetiaan kita pada Negara harus diwujudkan dalam bentuk yang lebih daripada para pejuang dulu lakukan. Jika saat ini sudah tidak mungkin lagi mengangkat senjata ataupun bambu runcing untuk mengusir penjajah, namun bukan berarti berdiam diri dan menikmati hasil perjuangan para pahlawan dijadikan alasan untuk tidak berjuang dan berkarya.
Banyak masyarakat kita yang dengan asyiknya merayakan hari pahlawan dengan berbagai perayaan yang kurang membangun jiwa nasionalisme dan tidak mencerminkan jiwa pejuangnya. Selain itu, banyak juga yang hanya bisa ngucapin “Selamat Hari Pahlawan” tanpa melakukan hal yang berarti. Ini semua memang baik-baik saja untuk dilakukan, akan tetapi apakah hanya itu yang dapat kita perbuat untuk bangsa.
Untuk itulah perlu kiranya kita memaknai kembali hakekat dari hari pahlawan ini.

Hari pahlawan sejatinya adalah hari dimana masyarakat Indonesia berjuang membela hak-haknya demi terciptanya Negara yang aman dari segala bentuk penjajahan dan perampasan hak. Karena kita mereka dulu dijajah maka hak mereka pun harus terus diperjuangkan meskipun harus ditebus dengan nyawa.
Hakekat dari hari pahlawan yaitu “perjuangan”, perjuangan inilah yang seharusnya menjadi kata kunci bagi masyarakat Indonesia untuk mengenang jasa para pahlawan kita. Berjuang tidak melulu identik dengan peperangan atau mengangkat senjata. Jika dulu mengangkat senjata adalah hal yang wajib maka sekarang tidak lagi cocok untuk dilakukan karena memang tidak penjajahan yang berbentuk fisik.
Berjuang demi kebaikan dan maslahat pribadi maupun bersama harus tetap dijunjung tinggi dan diperjuangkan. Seorang pelajar wajib baginya berjuang mencari ilmu maka bentuk perjuangan yang harus dilakukannya adalah dengan mengangkat pena dan membakar semangatnya untuk berkarya dalam bentuk ilmu pengetahuan.
Selain itu, para orang tua pun bisa berjuang melalui pendidikan rumah tangga. Maksudnya, para orang tua harus terus berjuang dalam menghidupi keluarganya, menanggung biaya sekolah anaknya sampai pada memperjuangkan kesejahteraan anak-anaknya.
Sama halnya dengan kalangan masyarakat, para pejabat Negara pun sudah sewajibnya berjuang untuk melakukan segala apa yang menjadi kewajiban mereka. Para pejaba tidak hanya wajib memenuhi kesejahteraan keluarganya, akan tetapi kesejahteraan rakyatnya pun harus terus diperjuangkan dengan segala kemampuan mereka.
Tidak hanya duduk dengan mengucapkan “Selamat Hari Pahlawan” begitu saja. Ada banyak hal penting yang harus diperjuangkan oleh para petinggi negara. Masih banyak kasus yang harus segera diselesaikan, banyak masyarakat yang belum sejahtera, dan semua inilah yang menjadi tugas para pejabat Negara.
Mirisnya, jika dulu pejuang kita rela meninggalkan keluarga demi mewujudkan Negara yang merdeka dan bebas dari penjajahan bahkan mereka rela untuk tidak makan berhari-hari, justru sekarang keadaan seperti itu sudah sulit untuk kita dapati. Para pejabat Negara malah banyak yang tidak mau melakukan apa yang dulu dilakukan oleh para pejuang dulu, apakah ini bisa dinamakan dengan “Melanjutkan Perjuangan Para Pahlawan?”.
Untuk melanjutkan perjuangan tersebut, sebagai warga Negara yang cinta bangsa dan Negara sudah saatnya kita mengarahkan seluruh aktifitas kita untuk lebih menghasilkan suatu nilai yang bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Jadi, hari pahlawan bukanlah hari untuk sekedar “mengenang” perjuangan para pahlawan. Lebih dari itu, sebagai warga Indonesia kita harus “melanjutkan, mengembangkan, memerdekakan apa yang belum merdeka dan berkarya” demi terciptanya masyarakat yang terus berkembang dan maju.

Mari Lanjutkan Perjuangan Pendahulu Kita!